Sambas, Kalimantan Barat -- sesuai dengan UU no 29 tahun 2004 Pasal 52 diantaranya 1 memperoleh Impormasi tata tertib dan peraturan yang berlaku dirumah sakit 2 memperoleh Impormasi tentang hak dan kewajiban pasien 3 memperoleh pelayanan yang manusiawi, adil dan jujur tanpa Diskriminasi 4 memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu sesuai standar profesi dan standar prosedur operasional (SPO) dan mendapat pelayanan nyeri yang sesuai memperoleh layanan yang Efektif dan Efisien sehingga terhindar dari kerugian fisik dan materi.
Dengan adanya acuan regulasi tersebut ada beberapa yang mendasar membuat kekesalan, Ketidakyamanan, ketidakpuasan kekecewaan yang agar kedepan tidak terulang lagi serta senantiasa memperhatikan dan memberikan pelayanan terbaik untuk masyarakat luas pada Umumnya dan khususnya masyarakat kabupaten sambas.
Contohnya terjadi kepada salah satu pasien Delles Samandra, umur 22 tahun, jenis kelamin laki-laki, Agama Islam, yang beralamat di Dusun Selumar, RT.01, RW.01, Desa Tanjung Keracut, Kabupaten Sambas, Provinsi Kalimantan Barat.
Samsul Hidayat yang bergabung di Salah satu Media Kabarinvestigasi.id sebangai Pimpinan Umum dan Ketua DPC PWRI (Dewan Pimpinan Cabang Persatuan Wartawan Republik Indonesia) Kabupaten Sambas, Sangat menyesalkan pelayanan yang diberikan oleh pihak Rumah Sakit Manggis, pasalnya beberapa kriteria yang dilakukan oleh pihak pelayan rumah sakit diduga sangat menyebalkan dan tidak memperhatikan konsep-konsep terciptanya rasa nyaman, aman dan tidak mengutamakan Keselamatan pasien. Dan kebetulan Pasien tersebut juga anak saya.
Kronologis seperti ini terjadi pada hari senin, tanggal 25, sekira pukul 10.30 wib. Saya masukkan anak saya ke rumah Sakit Sambas ke ruang IGD, pada saat itu langsung dilakukan pemeriksaan oleh pihak IGD dan dilakukan penanganan, sampai di tes urine dan tes darah, dari hasil tersebut tidak terlalu menghuwatirkan, cuma demam agak tinggi.
Pihak rumah sakit mengambil keputusan supaya di lakukan perawatan yang lebih baik lebih enak, ada baiknya dirawat saja, ungkap perawatan di ruang IGD.
Terjadi kesepakatan dan saya mengiyakan perkataan dari pihak Rumah Sakit, walaupun agak lama kami menunggu untuk dipindahkan ke ruangan kelas III Flamboyan. Sekira habis magrib, anak saya pun di masukkan ke ruang nginap.
Pada awalnya baik-baik saja, tetapi selang beberapa jam terjadilah komunikasi yang kurang sedap dengan perawat jaga, waktu itu saya menyimpan bekas sampah nasi bungkus anak saya ke dalam tong sampah. Namun langsung si oknum perawat jaga yang laki-laki tersebut mengucapkan kalau jangan simpan disitu pak, itu bukan tempatnya dengan nada agak keras. saya menjawab perkataan perawat jaga tersebut dengan santai, kenapa....., perawat tersebut mengatakan, itukan tong sampah bukan disitu, angkat simpan ditempat lain dengan nada seperti Perintah atasan dengan anak buahnya.
Jadi, saya pun terheran. Kenapa saya yang melayani mereka jadi, saya pun heran kenapa perawat kok bisa kasar betul. Akhirnya sampah tersebut saya ambil gambar melalui HP Saya.
Memang oknum perawat jaga tersebut minta maaf, ya saya pun mahlum juga mungkin beliau sibuk.
Selang perjalanan waktu sesudah melalui perawatan anak saya pun di ijin pulang pada hari rabu tanggal 27 November 2024, sekira pukul 12.21wib ada beberapa hal yang membuat saya agak kesal, sampai berulang kali anak saya minta tolong untuk di cabut imfus yang melekat di tangannya, tetapi sayangnya tidak respect sama sekali. Sementara air imfus tersebut sudah habis berjam-jam, anak saya menunggu sampai kesal, akhirnya anak saya mencabut impusan sendiri. Pada saat itu saya sempat bilang sabar, tetapi masih dilakukan. Saya pun mendatangi perawat jaga piket waktu itu dan menanyakan jam berapa pulangnya, namun jawaban perawat hanya mengatakan sabar ya pak, masih nunggu obat, tutur perawat piket.
Karena masih menunggu obat dari apotik, akhirnya anak saya tersebut saya suruh pulang duluan, biar saya yang menunggu obat bersama anak perempuan saya. Eh, nunggu obat dari apotik pun sampai berjam lama, sampai saya kirim WhatsApp Ibu Santi selaku direktur Rumah sakit, dimana isi chat tersebut "anak bapak siapa namanya, saya balas Delles Samandra, akhirnya saya pun mendapatkan obat.
Anak saya sudah tiga hari dalam masa pemulihan di rumah sambil kami lihat perkembangan, tetapi kok kayaknya belum sembuh betul. mungkin masih dalam proses obat, dan sampai detik ini saya tidak tahu pasti apa penyakit anak saya. Yang jelas paling dominannya yaitu biji testisnya ( biji kemaluan) masih luar biasa sakitnya. Dimana waktu pertama cek dokter mengatakan radang testis.
Sampai sekarang cuma ada bahasa dokter waktu itu, sementara ini kita fokus ke demam ungkap dokter waktu itu.
Jadi sebagai pelajaran terbaik tolong pihak rumah sakit memberikan pelayanan yang terbaik dan bangaimana belajar Memanusiakan Manusia menjadi manusia, tutup Samsul hidayat selaku orang tua pasien.
Rep : Salsabilla Fatha