Prabowo Subianto, Tokoh Politik Dan Pengusaha Terkemuka Di Indonesia, Memiliki Sejarah Meliter Yang Panjang Dan Berpengaruh. -->

Iklan Semua Halaman

Prabowo Subianto, Tokoh Politik Dan Pengusaha Terkemuka Di Indonesia, Memiliki Sejarah Meliter Yang Panjang Dan Berpengaruh.

Kabar Investigasi
Jumat, 11 Oktober 2024

 



Jakarta -- Awal Karier Militer di tahun 1974, Bapak Prabowo memulai karier militernya sebagaiv Letnan Dua di Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) setelah lulus dari Akademi Militer Nasional (AKABRI) di Magelang. Pengaruh Mertua Karier militer Prabowo tidak lepas dari pengaruh mertuanya, Presiden Soeharto.

 

Perjalanan Karier di Tahun 1974-1998 Prabowo meniti karier di berbagai satuan militer, termasuk Kopassus (Komando Pasukan Khusus) dan menjadi salah satu jenderal terkemuka di era Orde Baru. Saat di Kopassus Prabowo dikenal sebagai sosok yang tegas dan disiplin selama bertugas di Kopassus. Ia memimpin berbagai operasi militer, baik di dalam maupun di luar negeri. Pada tahun 1998, Prabowo diangkat menjadi Panglima Komando Strategis Angkatan Darat (Kostrad).


Prabowo Subianto resmi menerima kenaikan pangkat menjadi jenderal kehormatan bintang empat. Penghargaan itu langsung diserahkan oleh Presiden Joko Widodo dalam Rapat Pimpinan TNI/Polri di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Rabu (28/2).

Semula, Prabowo berpangkat Letnan Jenderal (Purn) atau bintang tiga. Kini, ia memiliki gelar atau pangkat baru Jenderal (Hor).


Pria kelahiran 1951 itu mengawali karier militernya usai lulus dari Akademi Militer di Magelang tahun 1974. Prabowo kemudian bergabung dengan Komando Pasukan Sandi Yudha (Kopassanda) yang merupakan pasukan elite Angkatan Darat yang menjadi cikal bakal Kopassus.


Ia mendapatkan tugas sebagai komandan pleton pada Grup I/Para Komando yang menjadi bagian dari pasukan operasi Tim Nanggala di Timor Timur.


Selanjutnya Prabowo menjabat sebagai Wakil Komandan Detasemen Penanggulangan Teror di Komando Pasukan Khusus pada tahun 1983.


Di tahun yang sama, Prabowo menikah dengan Siti Hediati Hariyadi, putri dari Presiden Soeharto, dan dikaruniai seorang anak bernama Ragowo Hediprasetyo alias Didiet.


Setelah menikah, karier militer Prabowo semakin moncer. Pada 1985, Prabowo naik jabatan menjadi Wakil Komandan Batalyon Infanteri Lintas Udara 328.


Kemudian pada 1991, Prabowo menjabat Kepala Staf Brigade Infanteri Lintas Udara 17. Pada puncaknya, Prabowo diangkat menjadi Danjen Kopassus dengan pangkat Mayor Jenderal pada 1995.


Pada tanggal 20 Maret 1998 Prabowo diangkat menjadi Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) dengan pangkat Letnan Jenderal. Namun jabatan itu hanya diembannya selama dua bulan karena terseret kasus dugaan penculikan aktivis. Ia copot dari jabatannya dan digantikan Letnan Jenderal Johny Lumintang, yang saat itu menjabat Asisten Operasi Pangab.


Karier militer Prabowo di TNI selanjutnya resmi berakhir pada 24 Agustus 1998 lewat pengumuman langsung oleh Wiranto yang saat itu menjabat sebagai Menteri Pertahanan sekaligus Panglima Angkatan Bersenjata RI.


Video pemberhentian Prabowo dari ABRI terlihat dalam arsip di kanal YouTube AP Archive. Video itu menampilkan upacara pemberhentian Letjen Prabowo Subianto dari ABRI.


Surat pemberhentian Prabowo dari ABRI juga sempat beredar pada 2014, pada momen-momen Pemilu. Saat itu surat Dewan Kehormatan Perwira (DKP) bocor ke publik.


Detik memberitakan surat keputusan nomor KEP/03/VIII/1998/DKP itu. Dalam surat itu, Prabowo dinyatakan bersalah dalam sejumlah kebijakan selama di militer. Salah satu kasus yang diputus dalam surat itu adalah penculikan para aktivis tahun 1998.


DKP menyebut Prabowo memerintahkan anggota Satgas Mawar, Satgas Merpati, melalui Kolonel Inf Chairawan (Dan Grup-4) dan Mayor Inf Bambang Kristiono melakukan pengungkapan, penangkapan, dan penahanan aktivis.


Tindakan itu menimbulkan korban, yaitu Andi Arief, Aan Rusdianto, Mugiyanto, Nezar Patria, Haryanto Taslam, Rahardjo Waluyojati, Faisol Reza, Pius Lustrilanang, serta Desmond J. Mahesa.


Namun pada kejadian 1998 Indonesia mengalami Krisis Politik dan ekonomi Pada tahun 1998. Prabowo terlibat dalam penculikan sejumlah aktivis mahasiswa dan politikus yang kritis terhadap pemerintahan Soeharto. Akibat keterlibatannya dalam penculikan aktivis, Prabowo diberhentikan dari jabatannya sebagai Panglima Kostrad dan dipecat dari TNI.

 

Setelah dipecat dari TNI, Prabowo terjun ke dunia bisnis dan mendirikan beberapa perusahaan dan Prabowo juga aktif dalam politik dan mendirikan Partai Gerindra.


Tercatat Prabowo sudah empat kali ikut kontestasi Pilpres. Ia menjadi cawapres dari Megawati Soekarnoputri pada Pemilu 2009. Kemudian menjadi capres berpasangan dengan Hatta Rajasa pada Pemilu 2014. 


Prabowo kembali maju sebagai capres pada Pemilu 2019 berpasangan dengan Sandiaga Uno. Semua keikutsertaan itu berakhir dengan kekalahan. 


Pada Pilpres 2024 Prabowo menggandeng Gibran Rakabuming Raka sebagai cawapresnya. Dalam real count sementara KPU per hari ini, data masuk sekitar 77%, Prabowo-Gibran unggul dengan selisih jauh dari paslon lain Anies-Cak Imin dan Ganjar-Mahfud. 


Kesimpulan dari perjuangan Prabowo, Prabowo Subianto memiliki sejarah militer yang panjang dan penuh gejolak. Ia dikenal sebagai sosok yang tegas dan disiplin, tetapi juga kontroversial karena keterlibatannya dalam penculikan aktivis pada tahun 1998. Meskipun dipecat dari TNI, Prabowo tetap memiliki pengaruh yang signifikan di dunia politik dan bisnis Indonesia. Kembalinya Prabowo ke dunia militer sebagai Menteri Pertahanan menunjukkan bahwa ia masih memiliki peran penting dalam menjaga keamanan dan pertahanan negara.


Rep : Tim Investigasi